MELINTASI HEMOSTASIS

 

-MELINTASI HEMOSTASIS-

(APRIL, 2019)

Sosial media yang dulu hanya sekedar tempat penghilang rasa bosan kian menjadi hal yang teristimewa. kenapa tidak, dia yang terlihat secara kasat mata hanya bisa di sapa melalui sosial media. Jatuh cinta memang luar biasa, yang semestinya tidak terjadi di dunia nyata kini mempunyai jalan pintas yaitu dunia maya. Ini adalah masa dimana setiap manusia pernah rasa tak terkecuali seorang Manda.

Dia bernama Manda lekas Putra lahir di bulan Juni 22 tahun silam. Dia hanyalah seorang pujangga biasa yang sering menyampingkan kegiatan perkuliahan dan lebih memilih mementingkan kegiatan kemanusiaan. Bagi dia menjadi seorang relawan adalah hal yang luar biasa, maka tidak heran jatuh cinta adalah hal yang tabu bagi nya namun daya nya selalu mampu membuat Manda tertarik untuk mencoba walau pada dasarnya cinta bukan hal yang pantas untuk di coba-coba. Manda pernah menjadi relawan kemanusiaan selama dua bulan setengah tepatnya di dataran tengah pulau Sulawesi akibat terjadi hantaman bencana Tsunami, Gempa Bumi, dan Likuifaksi.

Selama di Sulawesi Manda pernah diperkenalkan dengan cinta melalui cerita dari seorang sahabat yang bernama Raihan. kisah cinta nya begitu tragis, beringasnya likuifaksi yang menghantam daratan Petobo Sulawesi Tengah pada 28 September 2018 lalu merenggut ribuan nyawa manusia salah satunya kekasih Raihan. Kisah nya begitu menyentuh hati, mereka terpisah saat saling belum memiliki di masa paling mengasihi. Kini pertemuan mereka hanya lewat mimpi kata-kata sayang nya melesat lewat doa yang mengiringi.      

Sepulang dari Kota Palu Sulawesi Tengah dengan membawa ribuan pengalaman bahkan jutaan atau lebih, Manda tidak bisa memilih dia hanya makhluk Tuhan biasa yang akan terus menerima kisah yang telah sang maha pencipta ciptakan untuknya. kini dia di hampiri oleh pengalaman dari cerita cinta. Seorang gadis yang dipandang nya secara kasat mata namun dia begitu pengecut untuk menyapa, bak bunga putri malu yang enggan memancarkan keindahan warna tatkala Mentari sedang terang padahal dia memiliki tangkai berduri seakan menunjukan keberanian. hinga akhirnya manda cuman berani berlanjut ke sosial media hanya untuk sekedar menyapa.

***

“hai…” Pesan sapaan Manda melesat setelah melalui proses eksplorasi kata yang panjang dengan penuh harapan bisa menciptakan transfer rasa melalui jaringan layar ponsel. Lama pesan tak terbalas. Entah orang yang dituju memiliki kesibukan yang begitu banyak sehingga sedikit ruang waktu untuk membuka sosial media atau bahkan sosial media yang disapa sudah tidak aktif lagi. Lama Manda menerka-nerka sampai akhirnya nada dering tidak asing di telinga pun terdengar, bunyinya merdu seakan backsound kumpulan puisi senja. Pesan terbalas, kosa kata demi kosa kata pun di lesatkan. “hai” “apa kabar?” “lagi ngapain?” “sudah makan belum?” menjadi kata-kata pembuka di saat jari-jemari tak berhenti untuk mengetik lagi dan lagi.

Gadis pulau dataran pesisir barat selatan ujung Sumatra ini bernama Nur. Nur yang mengandung arti dan makna cahaya. Nur adalah sosok aktor utama yang telah berhasil menciptakan ruang di hati Manda. Tulisan-tulisan Manda tercipta selayak kumpulan karya sastra yang mengandung makna berbeda, dari kisah dan cerita kehidupan ke perihal Cinta

Tidak terasa waktu seakan menjadi singkat setelah Manda dan sang gadis aktif  saling bertukar kabar, hingga akhirnya terjadi di satu hari dimana itu adalah hari yang begitu terasa berat bagi Manda, karena harus mengikuti proses perkuliahan satu hari penuh, serta suguhan tugas berlipat akibat pengulangan beberapa mata kuliah. Mentari yang tak pernah berhenti memancarkan warna dan kehangatan yang sering dirasakan Manda kala itu di kota Palu. kota yang sering disebut sebagai negeri garis khatulistiwa kini tidak dapat di rasa kan lagi di kota nya sendiri pancarannya seakan redup dan malu untuk memberikan bakaran semangat seperti biasa kepada Manda.

lalu setelah melewati masa peperangan perasaan pada hati dan pikiran, manda memberanikan diri membuka sosial media dan menyapa si dia, sang gadis yang masih menjadi angan-angan tempat sang pujangga menaruh hati. Dengan tekad Manda berharap menemukan kembali cahaya hari-harinya yang hilang pada sang gadis.

Tak kala cahaya hari kian meredup dan seakan menampakkan gemerlap, lagi-lagi rasa selalu merebut logika Manda dengan setengah sadar mengajak Nur untuk keluar jalan-jalan tanpa ada tujuan yang jelas. Dengan gagah berani Manda mengajak Nur tanpa keragu-raguan walau Manda masih saja kembali menerka-nerka ajakkannya akan berhasil atau malah sebalik nya.

“kenapa ya kok sore ini terasa bosan” balas Nur, setelah membaca pesan Ajakan Manda.          

Manda yang sedang berbaring sembari menunggu tenaga nya kembali akibat lelah yang tercipta setelah direnggut oleh aktivitas kuliah yang iya lewati satu harian itu, serta diiringi perasaan pesimis dengan pesan ajakan nya yang baru saja iya lesatkan kepada Nur. langsung terbangun spontan setelah membaca pesan balasan dari Nur yang seakan memberikan kode bahwa ajakan nya di terima. Manda sumberingah kegirangan lalu berdandan seolah menunjukan dialah pria paling berbahagia di hari yang redup tanpa cahaya.

Manda tiba di depan kos Nur, gadis itu keluar dengan balutan kepala jilbab biru muda, baju abu-abu bergaris, dan celana kain abu-abu, serta aksesoris tas kecil. Manda melongok seperti melihat sang Cahaya hari yang hilang telah kembali bercahaya. Semangat yang tidak didapatkan sepanjang hari itu seolah kembali dipancarkan.

Sepanjang perjalanan Manda masih saja terdiam karna ketakjuban nya kepada sang gadis masih belum usai berulang-ulang di pandang nya sang gadis yang duduk di bangku penumpang melalui kaca spion yang didesain bukan untuk hal itu. Hingga akhirnya entah hal apa yang menyebabkan sampai membuat hati Manda takjub di satu tempat dan menggerakkan tangan nya untuk menekan rem sepeda motor yang iya kendarai sampai berhenti.

Manda dan Nur turun dari sepeda motor lalu duduk di bebatuan. suasana yang riuh oleh hembusan angin di pepohonan sekitar seolah seperti memberi seruan kata-kata dari alam hingga suasana canggung yang sedang terjadi terasa seperti sedang di pertontonkan. Maka tidak bisa di pungkiri rasa malu terus saja menghantui, sampai-sampai membuka perbincangan saja menjadi terasa berat. Manda yang biasanya memiliki ribuan kosa kata untuk memulai pembahasan di sosial media kini Manda malah mati dengan kata-kata. entah karena ketakjuban nya dengan sesosok wanita yang sedang duduk manis di samping nya atau karena suasana pemandangan di hadapan nya, tapi yang jelas dua-duanya adalah ciptaan Tuhan yang luar biasa bukan untuk disia-siakan.

Entah karena bosan menunggu Manda yang terlalu lama memulai perbincangan entah karena memang ada pesan yang masuk ke ponsel nya, Nur lalu mengeluarkan ponsel nya dan memainkan elektronik yang sedang di genggam nya itu. Manda yang terlebih dulu paham dengan raut wajah Nur yang seolah menunjukan cemberut Manda pun dengan spontan membuka perbincangan dengan pertanyaan.

“bagaimana kuliahnya hari ini?” Tanya Manda kepada sang gadis sambil mengarahkan muka lalu tersenyum kepada nya. “Alhamdulillah lancar dan seru lah, ya… walau ada beberapa tugas juga sih” jawab Nur lalu memasukkan handphone nya kedalam tas kecil.

Perbincangan pun dimulai dari pembahasan soal pribadi sampai ke soal kegiatan kemanusiaan yang sering Manda lakukan juga tak luput dari perbincangan mereka di sore itu. Seiring berjalannya waktu langit yang biru kian berubah menjadi kekuningan seakan menunjukan tanda bahwa senja akan muncul tapi sayang hari itu senja tampak malu dengan keindahan sang gadis dan enggan untuk menampakkan diri. Maka mau tidak mau  setelah awan kekuningan itu semakin berubah memerahan Manda dan Nur berkemas untuk pulang.

“kita mau langsung pulang?” tanya gadis sembari merapikan celana kain nya yang kotor terkena debu di bebatuan tempat ia duduki. Manda terkejut dengan pertanyaan Nur, namun dia berusaha untuk tenang dan menunjukan seolah tidak ada pergerakan gestur terkejut pada diri nya, dada yang belum selesai kembali normal berdebar kembali harus mengalami tekanan untuk berdebar lebih kencang. Manda berusaha tenang dan menjawab dengan santai   

“terserah sih… cuman kalo masih mau lanjut jalan-jalan boleh-boleh saja” jawab Manda dingin, yang berada di depan Nur sambil memutarkan arah badang.

Dengan seksama mereka tiba-tiba sepakat untuk pergi ke Pasar malam yang berada tidak jauh dari tempat Nur tingal. Namun sebelum kesana mereka terlebih dahulu melaksanakan kewajiban kepada Tuhan. Dalam doa Manda bersyukur atas nikmat yang sudah Tuhan beri kepadanya hari itu, lalu Manda berdoa meminta agar sang wanita adalah jodoh yang telah tuhan rencanakan atas dirinya.

Sepeda motor yang mereka tumpangi kembali membawa mereka ke tujuan berikutnya. Pasar malam yang mereka rencanakan tidak menunjukan kerumunan dari kejauhan, Manda optimis, laju motor dipercepat. alhasil pasar malam yang dituju masih tutup dan akan dibuka setelah ba’da Isya atau pada pukul 20.00 wib. Manda membelokan sepeda motor nya ke arah jalan keluar dari Pasar malam dan membawa mereka mengelilingi kelap kelip lampu jalanan kota pada malam itu walau di sepanjang perjalanan dua anak manusia ini kembali bisu seribu Bahasa dan sejuta Kata.

Puas dengan keindahan jalanan kota Manda kembali membelokan arah ke Pasar malam yang mereka rencanakan di awal. Sesampai di sana belum sampai di tempat parkiran motor, pasar malam itu sudah memancarkan terang yang begitu indah diiringi lampu berwarna kelap-kelip. Seolah sedang menyambut kedatangan tamu teristimewa yang paling berbahagia di malam itu. Nur yang takjub akan tempat itu langsung memancarkan senyuman manis tiada tanding.

“eh, aku mau coba melihat itu” pinta Nur sembari menunjuk ke arah tong stand tempat atraksi sepeda motor berputar. Manda spontan tersenyum dan mencoba meyakinkan kembali atas permintaan Nur. “serius mau menaiki dan melihat atraksinya?”

Nur mengangguk. mereka langsung menuju ke arah destinasi, dari atas tempat atraksi pemandangan sekitar sangat luar biasa indah Nur sangat menikmati jalannya pertunjukan senyum nya terus tersaji tanpa henti, dari tempat kebisingan yang luar bisa senyum manis Nur mampu membuat Manda terus berimajinasi, bahwa dia adalah dewi putrinya para bidadari.

Selepas pertunjukan selesai mereka duduk di tepian sungai menikmati keindahan malam sambil mencicipi makanan ringan. Ponsel Nur berbunyi dengan cepat Nur mengeluarkan Ponsel nya ada raut serius di wajah Nur yang terus membalas pesan-pesan yang masuk di ponsel nya. Sontak Manda menawarkan untuk mencoba destinasi lain.

“Nur, mau coba naik itu gak?” Manda menunjuk ke arah bianglala. “ohh boleh-boleh kayaknya seru” jawab Nur sambil meletakkan ponsel tepat di depan nya.

Entah lupa atau sengaja Nur tidak mematikan layar ponselnya  mengalihkan pandangan Manda tertuju kepada cahaya yang dihasilkan oleh ponsel tersebut. Terlihat ponsel itu sedang membuka sosial media chat terlihat tulisan “sedang menulis” dari kontak foto profil dan bernama laki-laki. Raut wajah dan mata Manda yang sedang berbinar sontak berhenti tersenyum, dada yang berdebar-debar kencang sedari sore bereaksi kembali berdebar normal. Pikiran nya menari-nari seolah bahwa sang gadis sudah dimiliki.

Tatkala sedang menaiki bianglala pun dua insan itu tidak menunjukan reaksi seperti saat menikmati destinasi pertama, mata Manda dan Nur bermain-main di pemandangan sekitar. Ketika posisi mereka sedang berada di puncak tertinggi tempat destinasi pun yang mana itu adalah tepat posisi terindah dari semua destinasi, segala gestur tetap saja sama seolah biasa, sampai akhir bianglala berputar mereka masih tidak mengeluarkan satu kata pun seolah orang asing tidak saling tanya.

“pulang yuk, kayaknya sudah agak larut” Ucap Manda yang sudah merasa tidak nyaman dari situasi yang mereka berdua hasilkan. “iya kayaknya, ya udah yok pulang” jawab Nur sambil melihat jam di ponselnya dengan gestur wajah dan badan seolah biasa.

Pikiran Manda semakin bermain, jemarinya seakan mengusap dada yang tidak menyangka atas kejadian kisah indah di waktu yang singkat, Ketika berjalan hendak pulang pun Langkah Nur lebih cepat dari Manda seakan hendak tak sabar ingin pulang dan mengakhiri jalan nya kisah cerita malam itu, Manda yang belum habis selesai berbunga-bunga juga dipaksa oleh pikiran untuk mempersiapkan diri akan kenyataan pahit,

Di atas motor hendak pulang Manda dan Nur kembali bisu seribu Bahasa Manda yang tak ingin berlama di situasi canggung menancap gas hingga akhirnya Nur menepuk Pundak Manda dari belakang. “jangan terlalu menggebu aku tidak mau tergesa-gesa mengakhiri kebahagian ku malam ini” ucap sang gadis dari belakang sambil meletakkan tangan di pinggang Manda. Manda yang sedang dihantui berbagai pikiran antara sedih dan senang akhirnya tahu bahwa kebahagian bisa tercipta cukup dengan satu kali kejadian.

 

 

 MELINTASI HEMOSTASIS

(Rusli Sumanda)

Sudahlah ikhlas...

sudahi saja, Ini cuman sekedar cerita ringkas yang hanya akan membekas...

Tak perlu tergesa, namun percayalah akan ada bosan yang selalu menerangi di setiap angan yang begitu menginginkan lepas.

Serta ada sakit yang tak akan pernah membekas di setiap hati yang selalu tampak ikhlas.

Agar selaras, Kamu hanya perlu menghabiskan waktu di satu masa. dan menganggap kisah prasaan cuman sekedar penghias... 

Mari lintasi...

Penghias pelupuk lara yang riang akan mengasihi, dikasihi, dicintai dan disayangi.

Walau terkadang di saat hati sedang bergejolak, yang kita perlukan hanya (Men) Mencintai dan menyayangi. tanpa perlu (Di) Disayangi dan dicintai

Walau hati sering kali berkonflik dengan pikiran perihal itu, tapi itulah yang semestinya terjadi.

Ketika semua telah berakhir kerap kali penilaian benar atau salah ditetapkan secara semata wayang. Tujuan satu agar tidak memanjang. Maka… Mari lintasi!

Terangkan!

Terkadang mengiyakan semua ucapan adalah keputusan untuk mendinginkan.

Walau di ujung pikiran seolah mengatakan, perihal bahwa kamu sedang dicampakkan.

Tapi perasaan selalu mencoba untuk menenangkan sembari menjelaskan “bukan dicampakkan tapi hanya sekedar sedang tidak diinginkan”.

Maka agar tidak terlupakan silahkan di Terangkan!

 

 

 

 

 

 


Comments